Medan, 3 Oktober 2025 – Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara Stambuk 2022 menghadirkan sebuah inisiatif baru bertajuk “Let it Out Project”, sebuah program khusus yang membuka ruang aman bagi mahasiswa maupun masyarakat untuk berani berbagi cerita, keluh kesah, maupun tantangan hidup kepada psikolog profesional.
Acara ini digelar pada Jumat, 3 Oktober 2025, dengan menghadirkan Jeffry, S.Psi, M.Psi, CHt, seorang psikolog bersertifikat yang mendampingi peserta dalam sesi konsultasi pribadi. Acara berlangsung mulai pukul 09.00 – 14.00 WIB, terbagi ke dalam dua sesi: pagi dan siang hari.
Didukung penuh oleh PTPN sebagai main sponsor, Let it Out Project dirancang bukan hanya sebagai kegiatan akademis, melainkan sebagai upaya nyata memfasilitasi akses konsultasi psikologis yang seringkali terasa sulit dijangkau oleh mahasiswa maupun publik.
Bekerjasama dengan Jeffry, S.Psi, M.Psi, CHt
Jeffry, S.Psi, M.Psi, CHt, psikolog berlisensi ini telah menempuh pendidikan Magister Psikologi Profesi di Universitas Sumatera Utara (USU) dan memiliki Sertifikasi Hipnoterapi dari IMDHA-USA. Jeffry juga merupakan anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), yang menegaskan legalitas serta profesionalismenya sebagai seorang psikolog berlisensi (No.SIPP:20230415-2023-01-2665). Dengan latar belakang pendidikan dan sertifikasinya yang kuat, Jeffry memastikan kualitas layanan psikologi yang diberikan dalam acara ini.
Keresahan Mahasiswa yang Terabaikan
Bagi sebagian mahasiswa, mengunjungi psikolog masih dianggap tabu atau bahkan dilihat sebagai sesuatu yang “aneh”. Tak jarang, mereka merasa takut atau malu untuk meminta bantuan, padahal banyak yang membutuhkan ruang untuk berbicara tentang masalah yang sedang mereka hadapi. Bahkan, ada yang merasa tidak cukup berhak atau “terlalu sensitif” untuk mencari bantuan dari seorang profesional. Seringkali, stigma yang berkembang tentang “kesehatan mental” membuat mereka merasa cemas, merasa mereka akan dianggap lemah atau tidak bisa menghadapinya sendiri.
Tidak hanya itu, banyak juga mahasiswa yang merasa kesulitan mengakses psikolog karena faktor biaya, waktu, atau bahkan kurangnya informasi mengenai layanan yang tersedia. Akibatnya, mereka sering menahan perasaan dan masalah tanpa adanya dukungan yang tepat. Inilah yang mendorong mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara untuk menghadirkan Let it Out Project sebagai ruang aman bagi mereka yang ingin mengungkapkan dan mencari solusi terhadap masalah mereka tanpa merasa dihakimi.
Testimoni Peserta
Salah satu peserta yang mengikuti sesi ini (nama disembunyikan atas permintaan) memberikan testimoni positif mengenai pengalaman konsultasi tersebut: “Konselingnya menyenangkan, saran dan masukannya membantu. Acaranya keren!”
“Banyak orang masih merasa sungkan, takut, atau bahkan malu untuk datang ke psikolog. Padahal, berbicara dengan tenaga profesional bisa jadi langkah penting untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Melalui Let it Out Project, saya berharap peserta bisa merasakan pengalaman konsultasi yang hangat, nyaman, dan bermanfaat,” ujar Jeffry, S.Psi, M.Psi, CHt, psikolog yang mendampingi acara ini.
Sementara itu, Ketua Penyelenggara Ariq Ismail menegaskan bahwa acara ini berangkat dari keresahan mahasiswa yang sering kali bingung mencari tempat bercerita. “Kami ingin menghadirkan wadah yang benar-benar relevan dengan kebutuhan mahasiswa dan publik. Tidak semua orang punya keberanian untuk langsung datang ke klinik atau biro psikologi, jadi lewat Let it Out Project kami berharap bisa menjadi jembatan pertama untuk mereka yang ingin didengar dan mendapatkan arahan profesional,” ungkap Ariq.
Berbeda dengan kegiatan serupa, Let it Out Project hanya membuka kesempatan bagi 10 peserta yang benar-benar memiliki kebutuhan mendesak untuk konsultasi. Penyelenggara lebih mengutamakan kualitas dan kepuasan peserta, ketimbang jumlah yang besar. Dengan begitu, setiap individu akan mendapatkan perhatian penuh dalam suasana yang lebih personal.
Program ini sekaligus menjadi bukti bahwa kolaborasi antara dunia akademik dan sektor industri mampu melahirkan wadah yang relevan dengan kebutuhan generasi muda.